Rapor Juventus 2024/2025: Nilai 6 untuk Proyek yang Gagal Tuntas

Juventus memulai musim 2024/2025 dengan harapan besar setelah menunjuk Thiago Motta sebagai pelatih baru, menggantikan Massimiliano Allegri yang hengkang pasca insiden di final Coppa Italia.

Rapor Juventus 2024/2025: Nilai 6 untuk Proyek yang Gagal Tuntas

Kedatangan Motta diharapkan membawa angin segar dan perubahan positif untuk tim. Posisi ketiga yang dicapai oleh Paolo Montero di musim sebelumnya memberi gambaran masa depan yang menjanjikan. , akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola hari ini, simak pembahasan ini.

tebak skor hadiah pulsa 100k  

Performa di Kompetisi Domestik yang Mengecewakan

Di ajang domestik, Juventus gagal menunjukkan dominasi yang diharapkan. Langkah mereka terhenti secara tragis di semifinal Supercoppa Italiana. Kekalahan 1-2 dari AC Milan yang ditangani Sergio Conceicao menjadi “tanda awal kegagalan Motta untuk mengangkat semangat juara tim.”

Kesialan berlanjut di Coppa Italia saat Juventus hanya mampu bermain imbang 1-1 menghadapi Empoli dan akhirnya kalah lewat adu penalti 2-4 di kandang sendiri. Gagal mempertahankan gelar juara Coppa Italia itu menimbulkan tekanan besar terhadap pelatih dan para pemain, sehingga “kesabaran pendukung mulai terkuras habis.”

Namun, masih ada titik positif di akhir kompetisi liga Serie A yang menentukan nasib Juventus. Kemenangan dramatis 3-2 atas Venezia di pekan terakhir bukan saja mengamankan tiket Liga Champions, tapi juga “mengantarkan Venezia ke degradasi.”

AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!

aplikasi shotsgoal  

Kebangkitan dan Kepahitan di Liga Champions

Kebangkitan dan Kepahitan di Liga Champions

Musim ini merupakan kembalinya Juventus ke Liga Champions setelah satu musim absen, namun perjalanan mereka di kompetisi Eropa penuh liku. Dalam fase grup, tim meraih tiga kemenangan, tiga imbang, dan dua kekalahan, termasuk dua kekalahan kandang yang memalukan: 0-1 dari Stuttgart dan 0-2 dari Benfica.

Dengan hasil tersebut, Juventus finis peringkat 20 di fase grup dan harus bertarung di play-off fase gugur melawan PSV Eindhoven. Sayangnya, perjalanan Juventus di Liga Champions berakhir di babak itu dengan kekalahan agregat 3-4, pulang lebih cepat dari yang diharapkan.

“Kinerja yang kurang meyakinkan dan minim semangat menjadi sorotan tajam bagi Motta dan tim,” ujar pengamat sepakbola. Kekecewaan atas performa di Liga Champions ini menambah tekanan terhadap pelatih dan pemain. Sejatinya, kembalinya Juventus ke pentas Eropa seharusnya menampilkan dominasi dan percaya diri.

Baca Juga: Juventus dan Musim Inkonsistensi di Serie A 2024/2025

Pemain Bersinar dan yang Mengecewakan

Di tengah ketidakpastian performa tim, ada beberapa pemain yang tetap mencuri perhatian. Salah satunya adalah Kenan Yildiz, gelandang serang muda berusia 20 tahun asal Turki. Yildiz mencatatkan tujuh gol dan empat assist di Serie A, serta kontribusi penting di Liga Champions. “Penampilan Yildiz menjadi secercah harapan baru bagi Juventus dan masa depan skuad,” ujar para analis.

Sebaliknya, Dusan Vlahovic, yang diharapkan menjadi ujung tombak tim, tampil jauh dari ekspektasi. Dengan 15 gol dari 41 pertandingan di semua kompetisi, “Vlahovic dianggap gagal menjadi tumpuan gol dan sering tampil melempem.” Hal ini menyebabkan kritik tajam terhadap kontribusinya di lini depan tim.

Performa kontras dari kedua pemain ini mencerminkan kondisi tim saat ini: ada potensi besar yang perlu diasah, namun juga masalah yang harus segera diperbaiki. Juventus harus memaksimalkan bakat-bakat muda sekaligus mencari solusi untuk mengangkat kinerja pemain bintang demi mencapai target klub.

Pelatih dan Tantangan Berat di Musim Gejolak

Thiago Motta menghadapi tugas berat selama musim 2024/2025. Dari 42 pertandingan, ia hanya mampu membawa Juventus meraih 18 kemenangan, 16 hasil imbang, dan delapan kekalahan. Dengan rasio gol 65 masuk dan 46 kebobolan, prestasi itu dinilai kurang memuaskan untuk klub besar seperti Juventus. “Statistik ini menunjukkan beratnya tekanan dan tantangan dalam membangun tim yang kompetitif.”

Penggantinya, Igor Tudor, mengambil alih di fase krusial dan mencatat hasil lebih stabil dengan lima kemenangan, tiga imbang, dan satu kekalahan dari sembilan laga Serie A. “Tudor berhasil memastikan posisi Juventus di zona Liga Champions dan menenangkan situasi asap di ruang ganti.”

Di tengah kerumitan dan ketidakyakinan, langkah cepat Juventus menunjuk Tudor menjadi keputusan tepat. Namun, “Juventus masih harus memperbaiki dan membangun fondasi tim secara menyeluruh agar mampu bersaing kembali di level tertinggi.” Proyek Juventus belum sepenuhnya gagal, tetapi perjuangan masih panjang menanti di depan.

Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita terbaru lainnya hanya dengan klik juventusfcpro.com.